Selasa, 10 Januari 2012

CERITA TANPA JUDUL PART 4 : Pagi itu begitu hening, menyajikan dedauan tenang di balur embun. Sesekali celoteh pipit ikut bercerita tentang fajar yang agak malumalu berselimut kabut. Namun ada seberkas yakin yang tersarang di hati ZAENAL, satu keyakinan untuk kembali melanjutkan hari dan menuntaskan masalah ya lama bersarang. "halo..." Terdengar sahutan di seberang telepon. "Halo, selamat pagi, apa kabar mu dan anakanak ?..." Datar suara nya seolah tanpa beban. "baik..." "syukurlah. oh iya, rasanya kita harus cepat menyelesaikan masalah dalam perkawinan kita dik. Mas gak mau semuanya makin menjulur tak berujung. Untuk yang terakhir kalinya mas tanyakan lagi sama kamu, apa kamu sudah mantap untuk menggugat cerai mas ?..." "sangat mantap dan yakin mas, lagipun percuma semua ini berlanjut. Karena aku sudah tidak lagi mencintaimu." Terdengar sedu diantara suaranya. "ya sudahlah, mungkin ini yang terbaik. Mas siap melepasmu dengan ikhlas, namun mas perlu tau alasan kamu dik" Sesaat terdiam, memberikan suasana hening di percakapan via telepon. "maapin aku ya mas...... Aku...sudah menghianatimu.... Dan sekarang aku sedang mengandung janin yang bukan anakmu,.... Bukan buah cinta mu...." Tangisnya menjadi, makin menjadi dan lebat bak guyuran air hujan. Zaenal terdiam, hanya diam. Mencoba menguasai hatinya yang berkecamuk. Riuh ribut antara, jengkel, malu, geram, marah takut dan berbagai lagi rasa yang teramu menjadi satu. #ya Robb. . . .# Batinnya dalam hati. **to be continue. . .

Tiada ulasan:

Catat Ulasan